5 Demo Terbesar yang Pernah Terjadi di Indonesia

5 Demo Terbesar yang Pernah Terjadi di Indonesia
Bangka Pos – Tribunnews.com

Demo Terbesar –  Demonstrasi (“demo”) adalah gerakan protes yang dilakukan oleh sekelompok orang di depan umum. Demonstrasi biasanya dilakukan untuk mengutarakan pendapat kelompok atau menentang kebijakan yang dilakukan oleh satu pihak, atau dapat dilakukan sebagai upaya untuk menekan kepentingan kelompok.Protes biasanya dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dan masyarakat yang tidak sependapat dengan pemerintah dan menentang kebijakan pemerintah. Namun, kelompok lain juga berdemonstrasi untuk tujuan lain.

Buktinya negara demokrasi terlihat dari kebebasan mengutarakan pendapatnya. Ini membuktikan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Paling-paling masyarakat akan menggelar aksi unjuk rasa untuk memancing opini mereka. Di Indonesia kita sering melihat atau mendengar demonstrasi. Namun yang tercatat sepanjang sejarah saat ini masyarakat Indonesia menggelar lima demonstrasi besar-besaran.

1. Demo Tahun 1966

Demo Tahun 1966
Tribunnews.com

tirto.id – Demonstrasi di Jakarta pada 10-13 Januari 1966 disebabkan oleh perdebatan kompleks yang terjadi tak lama setelah tragedi Gerakan 30 September (G30S). Pemerintahan orde lama yang dipimpin oleh Presiden Sukarno dianggap gagal. Protes juga berjalan melalui gerakan mahasiswa dan secara historis tercatat sebagai tiga kebutuhan Gerakan Rakyat atau Tritura.Permintaan ketiga orang ini menjadi masalah, mewakili posisi tegas pemerintah saat itu, yaitu (1) pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), (2) perombakan kabinet Devi Kola, (3) penurunan harga. fasilitas. Hal ini disebabkan lambatnya respon pemerintah terhadap tragedi berdarah G30S 1965 yang dituding sebagai partai yang dipimpin oleh D.N. pendampingan.Empat bulan setelah penculikan dan pembunuhan beberapa perwira senior militer, Sukarno masih ragu untuk mengambil keputusan tegas. Nyatanya, gelombang kemarahan publik telah menyebar.

Oleh karena itu, pemuda dan pelajar Indonesia, khususnya di Jakarta, dahulu memiliki organisasi kemahasiswaan yaitu Persatuan Pelajar Indonesia (PPMI) yang akhirnya terbagi menjadi dua.Beberapa anggota organisasi PPMI berideologi kiri, seperti Kawasan Konsentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), Gerakan Mahasiswa Indonesia (Germindo), Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (Perhimi) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Pada tahun 1965 Karena tidak ada bukti yang meyakinkan, Ia pun menuding PKI yang merencanakan peristiwa G30S.Sebagaimana dikutip dari Pemuda Pembangunan dan Masa Depan (1987) karya Babari, rapat presidium PPMI digelar pada tanggal 10 sampai 23 Oktober 1965 untuk menentukan sikap gerakan mahasiswa terhadap G30S. Perbedaan pendapat ini melahirkan saluran baru di tubuh PPMI yaitu KAMI atau Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. KAMI meyakini bahwa orang-orang PKI adalah dalang di balik peristiwa berdarah tersebut itu. Mereka menuntut tegas pemerintah untuk segera membubarkan PKI.Sementara itu, mahasiswa lain yang cenderung condong ke kanan, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa Katolik Indonesia (PMKR), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), membutuhkan penanganan PKI yang tegas.

emailsangel – Kedua, terjadi peningkatan permintaan perombakan kabinet Devi Kola karena dinilai pemerintahan Sukarno tidak mampu mengendalikan stabilitas sosial ekonomi yang mengalami penurunan tajam.Muhammad Umar Syadat Hasibuan menulis dalam The Youth Political Revolution (2008) bahwa penyebab keterkejutan ini adalah konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia serta upaya untuk merebut kembali Irian Barat.Kabinet Dwikora juga perlu ditata kembali karena ada anggota PKI di kabinet. Bahkan ada yang ingin segera mengeluarkan orang PKI dari pemerintahan.Ketiga, permintaan harga yang lebih rendah disebabkan oleh kelemahan fatal dalam kebijakan ekonomi pemerintahan Sukarno. Presiden Sukarno mengeluarkan Peraturan Presiden No. 410. Resolusi No. 27 mengatur ulang mata uang rupiah yang diumumkan pada 13 Desember 1965. Perpres ini merupakan inisiatif para pejabat kabinet Devi Kola yang menukar rupiah dari 1.000 rupiah menjadi Rp. Tindakan ini harus dilakukan karena dalam kebijakan fiskal, mata uang tersebut meningkat lima kali lipat antara tahun 1964 hingga 1965, mencapai 29.824 miliar rupee.

Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Seni Universitas Indonesia, mencontohkan, tarif angkutan umum rata-rata naik 1.000%, sedangkan beras naik 300% hingga 500%.Gie juga mengemukakan dalam bukunya “The Transition Period (1995)” bahwa harga bensin naik dari Rp 400 menjadi Rp 1.000 dalam kurun waktu setengah bulan. Akibatnya, ongkos angkutan umum menjadi sangat mahal.Akumulasi masalah tersebut membuat masyarakat semakin marah. Akhirnya, pada 10 Januari 1966, ribuan mahasiswa pindah ke gedung Sekretariat Nasional untuk memprotes situasi yang tidak stabil di negara tersebut dan menyampaikan tiga tuntutan Tritura. Organisasi yang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut antara lain Kementerian Aksi Mahasiswa Indonesia (WE), Kementerian Aksi Mahasiswa Indonesia (KAPI), Kementerian Aksi Pemuda Mahasiswa Indonesia (KAPPI), Aliansi Aksi Pekerja Indonesia (KABI), dan Unit Aksi Universitas Indonesia ( KASI). ), Aliansi Aksi Wanita Indonesia (KAWI), Aliansi Aksi Guru Indonesia (KAGI), dll.

Demonstrasi berlanjut hingga 10-13 Januari 1966, hingga tekanan Tritula beralih ke presiden. Pemerintah tidak tanggap, menuntut unjuk rasa, bahkan desas-desus bahwa Soekarno akan dicopot dari kursi kepresidenan.Akibat tekanan tersebut, Soekarno akhirnya mengumumkan reorganisasi kabinet baru pada 21 Februari 1966. Namun, hal itu justru memanaskan suasana karena masih ada beberapa sosok miring di kabinet.Pada 24 Februari 1966, massa kembali menuntut Presiden melalui demonstrasi yang berakhir dengan bentrokan antara mahasiswa dan resimen Cakrabiwara (Pengawal Presiden). Anggota resimen melepaskan tembakan dan menewaskan seorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim di Universitas Indonesia.Soekarno sangat kesal dengan kelakuan mahasiswa tersebut, namun akhirnya memecat Amerika Serikat akibat kekacauan tersebut. Kalaupun kami bubar, di hari-hari berikutnya gelombang protes tetap tinggi. Pada akhirnya, keputusan yang kuat dikeluarkan melalui perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), yang menunjuk Suharto, Panglima Komando Operasi Ketertiban dan Keamanan (Pangkopkamtib), untuk mengontrol keamanan dan ketertiban negara.Soeharto sebenarnya memanfaatkan Supersemar untuk merebut kekuasaan hingga akhirnya ia menjabat sebagai presiden kedua Republik Indonesia selama 32 tahun. Menurut rezim orde baru Suharto, Sukarno ditempatkan di bawah tahanan rumah sampai kematiannya pada tahun 1970.

Baca Juga : 5 Temuan di Dunia yang Sulit Dijelaskan Ilmuwan

2. Demo Tahun 1974

Demo Tahun 1974
Kompasiana.com

Bandara Halim Perdanakusuma, 19.45. Pesawat Super DC-8 JAL mendarat di landasan dengan mulus. Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka turun dari pesawat. Tidak ada upacara militer dan salam nasional. Setelah menerima karangan bunga tersebut, Tanaka meluncur ke Wisma Negara (Wisma Negara) untuk beristirahat.Presiden Soeharto dan beberapa menteri bertemu dengan Tanaka dan partainya di Tamiya pada 15 Januari 1974, 44 tahun lalu. Pada saat yang sama, ribuan orang, kebanyakan mahasiswa dan pelajar SMA, turun ke jalan untuk memprotes. Mereka berteriak menentang ledakan investasi Jepang di Indonesia.Sejak Tanaka tiba, tidak hanya Jakarta yang menjadi berbeda. Setelah orde baru, kehidupan mereka yang berpartisipasi dalam gelombang protes terbesar berbeda. Peristiwa itu dinamakan “15 Januari 1974, Mala Petaka” (Malari 1974).Hariman Siregar adalah ketua Ikatan Mahasiswa Universitas Indonesia (DM UI) dan juga ketua operasi skala besar hari itu. Di bawah arahannya, mahasiswa menempuh perjalanan panjang dari kampus UI Salemba ke Universitas Trisakti di Jalan Kiai Tapa, Jakarta Barat.

Di wilayah lain Jakarta juga terjadi demonstrasi besar-besaran. Salah satu hal tersulit terjadi di Pasar Senen. Massa membakar pusat perbelanjaan yang baru dibangun di sana. Mereka mengajukan tiga tuntutan, yang disebut “Tritura Baru 1974”: Pertama, membubarkan Persatuan Asisten Pribadi Presiden (Aspri); kedua, menurunkan harga; dan ketiga, menghapus korupsi.Hariman Siregar adalah ketua Ikatan Mahasiswa Universitas Indonesia (DM UI) dan penanggung jawab acara besar-besaran hari itu. Di bawah bimbingannya, mahasiswa menempuh perjalanan panjang dari kampus UI Salemba menuju Universitas Trisakti di Jalan Kiai Tapa, Jakarta Barat.Di wilayah lain Jakarta juga terjadi demonstrasi besar-besaran. Salah satu hal tersulit terjadi di Pasar Senen. Massa membakar pusat perbelanjaan yang baru dibangun di sana. Mereka mengajukan tiga tuntutan, yang disebut “Tritura Baru 1974”: Pertama, membubarkan Persatuan Asisten Pribadi Presiden (Aspri); kedua, menurunkan harga; ketiga, menghapus korupsi.

Soemitro adalah Komandan Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib). Sesuai dengan namanya, Kopkamtib didirikan untuk menjaga keamanan dan ketertiban.Mendengar pengunjuk rasa memasuki Jalan Tanlin, dia langsung melompat ke dalam jip. Hanya satu yang ada di benaknya: pengunjuk rasa dilarang masuk ke Monumen Nasional (Monas). Dia bergegas menuju mereka.Namun, saat sampai di Sarinah, jip itu melambat. Saat pengunjuk rasa berkumpul di depan Kedutaan Besar Jepang tak jauh dari Salina, jalan diblokir.Soemitro dan kejadian 15 Januari 1974 (1996) merupakan sertifikat yang disampaikan Soemitro kepada Heru Cahyono bahwa pidato tersebut berhasil. Massa secara bertahap bubar. Pikiran jenderal yang menjabat Panglima TNI sejak 1971 ini membuat kekhawatiran para demonstran untuk masuk ke Monas sirna. Kantor Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) terletak di Jalantana Abang III di Jakarta Pusat. CSIS dikatakan telah berkontribusi pada visi kebijakan pro-ekonomi luar negeri Soeharto.

Pada hari terjadinya bencana, para pengunjuk rasa berhenti di depan kantor CSIS. Mereka berteriak mengejek berdirinya dua orang ASPRI Soeharto, Ali Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani. Mereka bilang Ali Moertopo orang Jepang.Kemudian Soemitro masuk ke tubuh jip tersebut. Pria kelahiran 1925 itu memberikan sambutan. Melalui loudspeaker, semua pengunjuk rasa bisa mendengarnya.Peningkatan investasi Jepang di Jawa diyakini telah membunuh pengusaha kecil asli. Hal inilah yang membuat mahasiswa khawatir akan keberlangsungan ekonomi Jawa saat itu. Awalnya, operasi dilakukan dengan damai di basis Universitas Trisakti. Namun di beberapa wilayah Jakarta, pembakaran produk Jepang menimbulkan kerusuhan.

3. Demo Tahun 1998

Demo Tahun 1998
IDN Times Jateng

Pada tanggal 21 Mei 1998, gelombang demonstrasi yang diakibatkan oleh gerakan mahasiswa dan berbagai aspek masyarakat berhasil menggulingkan rezim orde baru. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Yogyakarta adalah salah satu kota yang memprakarsai demonstrasi: penggulingan Presiden Soeharto!Para pengunjuk rasa di Yogyakarta mengatakan bahwa kemenangan Golkar pada pemilihan umum 1997 akan mengakhiri kekuasaan Suharto yang lebih lama. Ridaya La Ode Ngkowe, ketua senat mahasiswa UGM saat itu, masih ingat momen itu.Pada Oktober 1997, “International Daily” mengutip La Ode yang mengatakan bahwa mahasiswa Yogyakarta melakukan perjalanan berburu di Harmoko, ketua Golkar, dan mengumumkan bahwa Soeharto akan pindah sebagai presiden dari tahun 1998 hingga 2003.Unsur pergerakan mahasiswa di setiap kampus di Yogyakarta juga sangat tertutup. Mereka tidak ingin Soeharto meninggalkan kekuasaan dan berkuasa lagi setelah bertahun-tahun menjabat. Apalagi keadaan ekonomi Indonesia saat itu mulai dilanda krisis.

Oleh karena itu, referendum kepemimpinan nasional diadakan untuk menyaring pendapat mahasiswa, terlepas dari apakah mereka tetap menginginkan Soeharto dicalonkan sebagai presiden.Syaifruddin Jurdi menulis dalam “Pasukan Politik Indonesia” (2016) bahwa dari 9.587 suara dari sebagian besar mengatakan bahwa mahasiswa menolak pencalonan kembali Soeharto. Pengumpulan opini yang dicoba majalah Auditorium pula membuktikan 93% mahasiswa UGM tidak mau Soeharto jadi kepala negara lagi. Tetapi, sehabis hasil referendum diumumkan, pihak kampus apalagi intelijen tentara serta polisi terletak dalam titik berat. Para anak didik tidak kehabisan ide. Setelah itu, mereka memberi tahu hasil referendum ke alat non- mainstream( tercantum BBC, Australian Suara, VOA, dan lain- lain.). Pemberitaan media- media non- mainstream terpaut tindakan mahasiswa, tercantum di Yogyakarta, atas konsep penamaan kembali Soeharto jadi kepala negara membuat suasana terus menjadi panas. Aksi mahasiswa di Yogyakarta juga kian bernyali buat beranjak lebih kokoh lagi.

Pada Minggu tanggal 8 Maret 1998, mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung Yogyakarta melaksanakan demo “Diam Menuntut Perubahan” di Jalan Malioboro. Namun tulis Octo Lampito dalam turun takhta Keprabon (1998) ketika mereka akan bergerak menuju Alun-Alun Utara itu aparat telah mengadang. Para peserta demo itu dinaikkan ke truk dan dibawa ke markas Polresta Yogyakarta.

Namun, setelah hasil referendum diumumkan, pihak kampus bahkan intelijen militer dan polisi berada dalam tekanan. Para siswa tidak kehilangan akal. Kemudian, mereka melaporkan hasil referendum ke media non-mainstream (termasuk BBC, Australian Suara, VOA, dll). Rezim yang berkuasa terus berlanjut. Pada 10 Maret 1998, MPR memilih Soeharto dan BJ Habibie sebagai presiden dan wakil presiden periode 1998-2003. Keesokan harinya, 11 Maret 1998, adalah HUT Supersemar. Mahasiswa di Yogyakarta menggelar demo pelantikan Soeharto. Pada 12 Maret 1998, “Partai Republik” memberitakan bahwa digelar. Dalam demonstrasi besar-besaran, lebih banyak lagi dari 30.000 siswa berpartisipasi di Yogyakarta. Di kampus UGM, teriakan “Merdeka” dan “Allahu Akbar” menambah unjuk rasa. Mereka menginginkan pemerintahan bersih yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Tindakan serupa telah dilakukan di berbagai perguruan tinggi di beberapa kota besar lainnya. Misalnya di Surabaya dan Solo, bahkan sempat terjadi bentrokan antara satpam dan pengunjuk rasa, saat itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyatakan Wiranto Arismunandar menuding mahasiswa amatir dalam politik membuat situasi semakin terganggu.Dalam rangka memperingati “Hari Kartini” yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 21 April 1998, mahasiswa dan tokoh masyarakat lainnya termasuk dosen, tokoh agama, mahasiswa dan seniman berkumpul di depan gedung Sabha Pramana UGM.

Ada 15.000 peserta dalam aksi yang dikutip dari “Mobile: Media Aksi Mahasiswa UI” (1998), salah satu anggota Konfrensi Komunitas Yogyakarta. Mereka ingin berubah dan prihatin tentang apa yang terjadi di tanah air.Selanjutnya pada tanggal 5 Mei 1998. Mengutip buku berjudul “Mengenang Gajayan Kelabu” terbitan Hendra Kurniawan tentang Kedaulatan Rakyat (8 Mei 2018), para mahasiswa mulai beraksi dan harus menghadapi kekuatan aparat keamanan. Konflik fisik tidak bisa dihindari.Bentrokan terjadi sekitar pukul 17.00 WIB. Merangkum berbagai sumber, aparat keamanan mengerahkan kendaraan lapis baja jet air dan menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan massa di pertigaan Jalan Gejayan dan Jalan Kolombo.

Suasana mencekam berlanjut di Jalan Jagayan dan sekitarnya hingga malam hari. Beberapa orang masih bertahan di bawah pengepungan polisi dan tentara. Pihak berwenang mengisolasi dan menutup jalan menuju TKP.Grey Friday tak hanya menimbulkan banyak korban luka di kalangan pelajar, tapi juga warga biasa. Bahkan, beberapa orang bahkan kehilangan nyawa. Seorang siswa bernama Moses Gatotkaca ditemukan berlumuran darah dan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.Pertumpahan darah di Gejayan dan rangkaian peristiwa lainnya, termasuk tragedi Trisakti di Jakarta, menewaskan 4 pelajar dan membuat keinginan untuk menggulingkan rezim semakin besar.Berawal dari Gejayan, berbagai orang dan pelajar pindah ke Jakarta (Sakayan) ke Jakarta, bergabung dengan tim serupa di seluruh nusantara. Pada 21 Mei 1998, reformasi akhirnya terjadi. Suharto lengser dan orde baru tumbang.

Baca Juga : 7 Fenomena Alam yang Paling Menakjubkan di Dunia

4. Demo buruh

Demo buruh
CNN Indonesia

Tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai Hari Buruh Internasional atau Hari Buruh. Menurut sejarah, saat itu tanggal 1 Mei 1886. Di beberapa daerah di Amerika Serikat, sekitar 350.000 pekerja melakukan pemogokan. Mereka diorganisir oleh Federasi Buruh Amerika. Pekerja menuntut peningkatan kesejahteraan dan bekerja 8 jam sehari. Saat itu, pekerja dipaksa bekerja 15 jam sehari.Pada 3 Mei 1886, pemerintah mengirimkan banyak petugas polisi untuk memadamkan pemogokan di pabrik McCormick. Polisi menembaki para pekerja yang mogok. Empat orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Para pekerja sangat marah, dan mereka melakukan aksi di pasar jerami pada 4 Mei.

Puluhan ribu pekerja berpartisipasi dalam operasi yang awalnya berlangsung damai. Tapi tiba-tiba bom itu meledak. Tidak diketahui siapa yang meledakkan bom tersebut. Seorang polisi tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Polisi menanggapi dengan menembaki para pekerja.Gara-gara kejadian ini, pemimpin pekerja tersebut dihukum gantung. Publik marah dengan hasil pengadilan. Mereka mendesak pemerintah membebaskan aktivis buruh yang ditahan. Aktivis buruh dibebaskan. Sejak itu, diperingati sebagai Hari Buruh.Di saat yang bersamaan, di Indonesia, buruh selalu menggelar aksi demo di berbagai kota untuk merayakan 1 Mei setiap tahunnya. Saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan hadiah kepada para pekerja. Pemerintah Indonesia menetapkan Hari Buruh Internasional sebagai 1 Mei setiap tahun sebagai hari libur nasional. Pada tanggal 1 Mei, hari libur akan berlaku mulai tahun 2014.

Seperti hari ini, saat Hari Buruh saat wabah korona, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para pekerja saling membantu memanfaatkan Hari Buruh Sedunia. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada semangat para pekerja yang dipecat akibat corona.Ganjar (28 April 2020) mengatakan: “Hari Buruh hanya virtual atau mungkin saling membantu. Ganjar menjelaskan bahwa akibat dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 atau Corona, ada sekitar 45.000 di Jawa Tengah. Buruh dipecat dan dipulangkan.Oleh karena itu, Ganjar menyerukan Hari Buruh atau Hari Buruh tahun 2020 dengan tema “Datang Membantu Pekerja”.

5. Demo 4 November 2016

Demo 4 November 2016
Liputan6.com

Unjuk rasa 4 November (juga dikenal sebagai Operasi Pertahanan Alquran atau Operasi Perdamaian 4 November ) diadakan pada tanggal 4 November 2016, ketika 50.000-200.000 demonstran mengambil bagian di jalan. Jakarta, Indonesia memprotes pernyataan yang dibuat oleh Basuki Tjahaja Purnama (juga dikenal sebagai “Ahok”), Gubernur DKI Jakarta, yang dia yakini menghina Islam.Demonstrasi menuntut penyelidikan kasus penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Gubernur tidak aktif Basuki T Purnama (Ahok) di depan Gedung DPR, dan berakhir dengan kericuhan.

Polisi terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang melakukan kerusuhan.Kepala Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan: “Rekan-rekan ini bisa melihat kekuatan persuasif dari polisi, jadi jika polisi tidak tepat dalam menyerang, mohon lihat keselamatan parade yang kami doakan.” Senin (7/11/2016) Konferensi pers digelar di Mapolda Metro Jaya.Avi mengatakan polisi telah berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan demonstrasi dengan cara yang persuasif dan manusiawi. Namun, setelah sekelompok orang melempar batu ke pinggir pagar Monas, bambu atau bahkan balok besi membuat geram mereka, demonstrasi damai berubah menjadi kericuhan.

Pada 30 September 2016, dalam perbincangan dengan warga Kepulauan Seribu, Basuki menyatakan bahwa “warga yang tertipu dengan Surat Al-Maidah 51 dan berbagai hal lainnya” tidak memilihnya dalam pencoblosan. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Surah Al-Maidah ayat 51 adalah kitab suci, biasanya ditafsirkan sebagai kitab yang melarang umat Islam mengambil pemimpin non-Muslim, dan sebelumnya digunakan oleh pesaing Basuki sebagai argumen untuk menentang pemilihan Basuki dalam pemilihan gubernur. Perbincangan tersebut direkam oleh Pemprov DKI di Jakarta dan diunggah ke situs YouTube. Salah satu orang yang menyebarkan video ini, Buni Yani, menulis di Facebook: “… by Surat Al Maidah …” (tanpa kata “pakai”), dan belakangan mengakui bahwa salinannya salah.

Banyak warga dan pengamat yang mengkritik ucapan Basuki dan percaya bahwa dia menghina Alquran. Kritik ini telah tersebar luas di media sosial seperti Facebook dan Twitter serta dalam petisi di situs change.org, dan mendapat dukungan dari ribuan orang. Menanggapi kritik tersebut, Basuki menyatakan bahwa dirinya tidak bermaksud menghina ayat-ayat Alquran, tetapi hanya mengkritik mereka yang menggunakan Alkitab untuk kepentingan politik. Banyak organisasi melaporkan pidato Basuki ke polisi sesuai dengan Pasal 156a KUHP dan UU Penyalahgunaan dan / atau Penodaan Agama. Pada 10 Oktober, Basuki kemudian meminta maaf. Namun, laporan hukum terhadap Basuki tidak ditarik, dan polisi mulai melakukan penyidikan, termasuk memanggil Basuki ke Bareskrim pada 24 Oktober.

Aksi difokuskan di Bundaran Hotel Indonesia, kawasan antara Bundaran Bank Indonesia dan Istana Kepresidenan, yang digambarkan para demonstran berbaju putih berubah menjadi “lautan putih”. Polisi memperkirakan sekitar 200.000 penduduk berpartisipasi dalam operasi tersebut, dan perkiraan lainnya adalah 50.000. Operasi berlangsung damai dan tertib hingga Jumat sore, yang menjadi batasan penyelenggaraan operasi ini. Orang-orang yang ikut serta dalam operasi tersebut antara lain mantan Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua MPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon, serta penyanyi Ahmed Dani (Ahmad Dhani) dan Rhoma Irama (Rhoma Irama). Para demonstran berpidato dan berteriak, mendesak penuntutan terhadap Basuki.

Namun sekitar pukul 18.30 WIB, aksi yang semestinya diurungkan mulai kisruh. Demonstran yang diduga memiliki atribut HMI mulai menyerang polisi. Tidak ada orang lain yang terlibat dalam kerusuhan itu, dan sebagian dari Front Pembela Islam (FPI) berusaha melindungi polisi dari serangan. Awalnya, polisi mempertahankan perisai berpelindung dan tentara tak bersenjata. Namun, setelah penyerangan semakin parah, anggota FPI yang melindungi polisi melarikan diri dan polisi menembakkan gas air mata. WIB sekitar pukul 20.10. Dalam kerusuhan di depan Istana Merdeka, dua mobil milik Brimob dibakar. Situasi di sekitar Keraton sempat terkendali sekitar pukul 21.00 WIB, namun kerusuhan meletus di wilayah lain Jakarta, yakni di Penjaringan, Jakarta Utara. Minimarket dijarah dan sepeda motor dibakar. Pelaku kerusuhan dibubarkan menjelang subuh, dan dua warga serta satu polisi dilaporkan terluka.